My photo
Saya lahir di kota yang terkenal dengan arak dan tuak, tidak ketinggalan legen dan siwalannya yakni kota Tuban. Sekarang beralih di kota Malang yang dingin untuk menuntut ilmu. Keadaan ini mengharuskan saya belajar sepenuhnya, tidak hanya belajar akademis. Dari awal saya belajar di dunia persilatan (PSHT), lanjut ke bidang freestyle (Malang Motor X-treme), selanjutnya belajar seputar seni bersamaan dengan semua itu saya juga belajar berorganisasi dari HMJ, UKM, BEM-U.

Tuesday, January 4, 2011

Refleksi Akhir Tahun 2010

Kehidupan masa kini lebih rumit dri masa-masa sebelumnya. Semua terpaku untuk hidup mereka sendiri, tak ada gotong royong, saling bantu. Egoisme semakin tinggi, siapapun kita sama saja. Entah itu rakyat jelata ataupun penguasa semua hanya peduli diri mereka sandiri. Faham matrealisme mendarah daging, jadi yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin.
Jika keadaan ini terus berlanjut (sepertinya terus berlanjut) tak akan pernah terjadi kesejahteraan sosial.
Para penguasa lupa diri dengan kekuasaannya. Kebebasan berpendapat menjadikan rakyat sibuk menuntut hak hidupnya. Tak akan pernah ada titik temunya. Lantas kapan kita akan maju bersama membangun Indonesia.

Thursday, October 15, 2009

Salah satu Kampung di Kenduruan Tuban resah lagi

Hal yang kami kawatirkan benar-benar terjadi. Saat siang menjelang sore datang 4 orang menuju sumur tua kampung kami.
Masyarakat yang melihat rombngan itu tidak sedikitpun curiga . Sesampainya di sumur tua mereka alangsung menuju kayu jati dan salah satu dari mereka yang paling tua komat kamit membaca mantra sambil menaburkan sesuatu keliling pohon ( Ini bukan cerita mistis seperti di tv, tapi ini realita).
Sesaat kemudian tiga orang lainnya mengelilingi dan berusaha menebang pohon jati tersebut dengan kampak.
Kebetulan saat itu ada seorang wanita yang sedang mengambil air. Apa daya seorang wanita menghalangi tiga orang berkapak. Tetangga yang mendengar keributan itu langsung lari membunyikan kentongan kitir sebagai isyarat adanya marabahaya.
Masyarakat berlarian menuju sumur tua desa kami . Berbagai alat kami bawa, mulai pedang, parang, sabit bahkan kayu pun kami bawa.
Namun ternyata yang kami hadapi adalah sekeluarga yang dulu bersal dari kampung kami juga. Hakim massa di tempat pun tak sampai terjadi.
Secepatnya Bapinsa dan pihak Kepolisisan mengamankan.
****
Tersangka berani menebang dengan dalih membawa surat kuasa dari pemilik tanah. Padahal status kepemilikan tanah masih belum jelas. Konon dulu dihibahkan adapula yang bilang dulu dikosongkan setiap ada klasir tanah.
Namun terrnyata semua itu hanya akal bulus dari pihak permerintah tertinggi desa kami. Surat kuasa itu juga palsu.
Sore itu juga masyarakat menempuh jarak 2km jalan kaki menuju rumah petinggi desa kami. namun Bpk kepala desa sudah kabur dan 'diamankan' pihak polisi.
Esok harinya masyarakat dipertemukan di balai desa oleh Bapinsa kepolisian dan muspika,.
Setelah berbelit-belit akhirnya kepala desa kami mengaku telah mendalangi penebangan dan siap diperikasa. Namun berhubung ini hukum di Indeonesia apalagi Indonesia perbatasan, pihak yang berwengang pun membiarkannya saja. Tidak logiskan ketika pelaku kriminal mengakui kesalahanya di depan aparat tetapi dibiarkan saja. Padahal biasanya yang tidak ngaku aja dipaksa ngaku ampe bengap-bengap....
Beberapa hari kemudian 3 tersangka yang tertangkap sudah bebas. Otak dari semua itu pun tak terjerat apapun. Lagi-lagi maklum ini hukum di Indonesia.
Dari semua kejadian itu kami mendapat surat pernyataan dari kepala desa bahwa beliau tidak akan lagi meneruskan niatannya menebang pohon jati dan tidak akan mengizinkan siapapun menebangnya.
Setelah reda ahli waris yang dipilih menghibahkan tanahnya.
Masyarakat sedikit lega, Namun masih terluka karena kayu jati sebagai sumber air kami sudah dilukai yang tidak menutup kemungkinan akan mati. Serta kami sangat kecewa melihat jalan dari penegak hukum yang tak pada relnya.

Arsip Terbaru


Copyright 2008 | Blogger Template INDONESIA-KU | Design by Art And Paintings Gallery




Media komunikasi